Misteri Cincin Saturnus
Cincin indah yang melingkari Planet
Saturnus diperkirakan merupakan peninggalan dari bulan Saturnus yang
”mati terbunuh”. Lalu muncul berbagai tajuk berita yang menggunakan
istilah ”pembunuhan kosmik” yang menunjuk pada matinya bulan yang
menyebabkan munculnya cincin warna-warni di bagian luar Planet Saturnus.
Korban pembunuhan adalah bulan Saturnus yang tidak diketahui apa namanya. Bulan tersebut ditandai menghilang pada 4,5 miliar tahun lalu. Penyebab kematian bulan-bulan tersebut adalah pelat gas hidrogen (H) yang mengelilingi Saturnus pada suatu masa dan pada saat yang bersamaan di sana terjadi pembentukan bulan-bulan dari Saturnus. Namun, sekarang tidak ada lagi jejak gas hidrogen.
Korban pembunuhan adalah bulan Saturnus yang tidak diketahui apa namanya. Bulan tersebut ditandai menghilang pada 4,5 miliar tahun lalu. Penyebab kematian bulan-bulan tersebut adalah pelat gas hidrogen (H) yang mengelilingi Saturnus pada suatu masa dan pada saat yang bersamaan di sana terjadi pembentukan bulan-bulan dari Saturnus. Namun, sekarang tidak ada lagi jejak gas hidrogen.
Menurut astronom Cornell University Joe
Burns, misteri cincin Saturnus ”merupakan teka-teki bagi para ilmuwan
selama berabad-abad”. Mencermati cincin-cincin Saturnus, ada
permasalahan yang harus dipecahkan. Selain teori di atas, ada teori yang
menyebutkan bahwa bulan-bulan (Saturnus) bertabrakan satu sama lain.
Teori lainnya mengungkapkan adanya asteroid yang menabrak beberapa buah
bulan yang menghasilkan puing-puing yang membentuk cincin tersebut.
Masalahnya, bulan-bulan Saturnus tersebut
terdiri atas gas dan batuan. Sementara itu, tujuh cincin Saturnus
tersebut sekitar 95 persennya terdiri atas es dan kemungkinan besar
dahulu semuanya terdiri atas es.
Tertarik ke planet
Penulis laporan penelitian tentang cincin Saturnus tersebut, Robin Canup dari Southwest Research Institute di Boulder, Colorado, AS, mengatakan, Saturnus turut berperan pada terbunuhnya bulan-bulan tersebut. ”Saturnus itu kaki tangan (pembunuh) dan cincin-cincin tersebut adalah hasilnya,” ujar Canup.
Penulis laporan penelitian tentang cincin Saturnus tersebut, Robin Canup dari Southwest Research Institute di Boulder, Colorado, AS, mengatakan, Saturnus turut berperan pada terbunuhnya bulan-bulan tersebut. ”Saturnus itu kaki tangan (pembunuh) dan cincin-cincin tersebut adalah hasilnya,” ujar Canup.
Canup membuka teorinya dengan peristiwa
yang terjadi miliaran tahun lalu saat terjadi proses pembentukan
bulan-bulan. Suatu pelat hidrogen yang besar ketika itu beredar
mengelilingi Saturnus. Pelat tersebut turut membantu pembentukan bulan
sekaligus juga menghancurkannya.
Bulan besar yang ada dalam sistem
tersebut kemungkinan berputar secara teratur tertarik ke dalam (ke arah
Saturnus) akibat tertarik massa gas hidrogen. Proses kematian bulan
dengan gerak spiral ke dalam tersebut berlangsung sekitar 10.000 tahun.
Bagaimana cincin-cincin Saturnus tersebut lahir adalah dengan memahami
apa yang terjadi pada saat itu.
Menurut pemodelan komputer yang dilakukan
Canup, Saturnus memotong lapisan es dari sebuah bulan yang berukuran
amat besar yang berjarak cukup jauh dari Planet Saturnus sehingga tidak
bisa terjebak dalam cincin.
Cincin Saturnus pada mulanya berukuran 10
– 100 kali ukuran cincin yang sekarang. Namun, menurut Canup, sebagian
besar es tersebut kemudian bergabung menempel pada bulan-bulan Saturnus
yang amat kecil ukurannya. Menurut Canup, Saturnus memiliki sekitar 62
buah bulan dan 53 di antaranya memiliki nama.
Secara teratur ditemukan bulan-bulan yang
baru oleh pesawat ruang angkasa Cassini dari Badan Penerbangan dan
Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang diluncurkan pada Oktober 1997.
Namun, penemuan tersebut tidak mampu
menjelaskan cincin-cincin yang mengelilingi planet-planet lain dalam
sistem matahari, seperti Planet Yupiter, Neptunus, dan Uranus. “Mungkin
cincin-cincin dari planet-planet lain itu terbentuk dengan cara yang
berbeda dari Saturnus,” ujar Canup.
Saturnus adalah planet dengan ukuran
terbesar kedua dalam sistem matahari setelah Planet Yupiter. Menurut
Burns, teori yang dikemukakan Canup jauh lebih baik dalam menerangkan
komponen es yang berat yang ada dalam cincin Saturnus.
Sementara itu, Larry Esposito, penemu
salah satu cincin Saturnus, mengungkapkan, ”Sungguh karya ilmiah yang
cerdas, idenya orisinal.” ”Saya cenderung mengatakan bahwa apa yang
terjadi tersebut mirip daur ulang kosmik,” ujar Esposito. Semula adalah
bulan kemudian menjadi cincin dan kemudian menjadi bulan lagi.
”Mekanisme semacam itu bukanlah sebuah
proses kematian, melainkan merupakan upaya kosmik untuk menggunakan
kembali material, menggunakannya berulang-ulang,” katanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar